Bekal Seorang Mukmin

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

(Penjelasan dari hadis «اللّٰهم إنّي أسْألُك علمًا نافعًا، ورزقاً طيِّبًا، وعمَلًا متقبَّلًا»)

إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنّ محمَّدًا عبده ورسوله ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعلى آله وأصحابه أجمعين ، أمَّا بعد : 

Seorang mukmin di dunia ini memerlukan bekal yang cukup untuk mengantarkannya kepada kesalihan dan ketakwaan. Ini sebuah keharusan yang selalu diingat dan diingatkan, sebab hal ini menjadi kunci kebahagian seorang di dunia sebelum nantinya memetic hasilnya di Surga Allah Ta’ala. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi contoh teladan terbaik dalam nasehat, petunjuk, dan perbuatannya. 

Mengetahui contoh teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi kewajiban dan kebutuhan yang tidak bisa digantikan. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab/33:21)

Ternyata kehidupan beliau dipenuhi dengan permohonan dan doa. Dalam setiap aktivitasnya beliau selalu berdoa memohon kepada Allah keberkahan dan kemudahan serta perlindungan dari-Nya. Inilah salah satu teladan yang harus kita contoh dan ikuti. 

Di antara doa yang beliau selalu sampaikan kepada Allah setiap pagi adalah doa yang disampaikan imam Ahmad dalam Musnadnya dan Ibnu Majah dalam sunannya dengan sanad yang hasan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata: 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ : « اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا ، وَرِزْقًا طَيِّبًا ، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»

Sungguh Nabi dahulu apabila selesai shalat shubuh setelah salam berdoa, Ya Allah aku memohon kepada Engkau ilmu yang manfaat, rezeki yang bagus, dan amalan yang diterima. (HR Ibnu Majah dalam sunannya no. 925, Ahmad bin Hambal dalam musnadnya no. 26602, Ath-Thayalisi dalam musnadnya no. 1605, Ibnu Abi Syaibah dalam Musnadnya 10/234, Abd bin Humid dalam al-Muntakhab no. 1535, Abu Ya’la dalam Musnadnya no. 6950, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 23/686 dan ad-Du’a no. 671, ibnu Sunni dalam ‘amal al-yaum wa al-Lailah no. 54 dan 110 dan al-Baihaqi dalam ad-Da’awaat no.99. Hadis ini dishahihkan al-Albani dan dihasankan al-Haafizh ibnu Hajar dalam Nataa`ij al-Afkaar 2/312)

Bila diperhatikan doa yang dilakukan secara disiplin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap hari setelah menunaikan shalat shubuh, didapatkan sangat tepat dengan waktunya. Shubuh adalah awal dan pembuka hari. Alangkah agungnya seorang muslim membuka harinya dengan berdoa menghadap Allah subhanahu wata’alaa untuk memohon diberikan tiga hal ini; ilmu yang manfaat, rizeki yang bagus, dan amal shalih atau amalan yang diterima. 

Di sisi lain ketiga hal ini adalah objek yang menjadi target seorang muslim dalam satu hari. Seorang muslim hanya memiliki tiga target dalam hidupnya yaitu memperoleh ilmu yang manfaat, rezeki yang bagus, dan amalan yang Allah terima. Seandainya kita berfikir pada target yang lainnya dalam satu hari maka semuanya tidak akan keluar dari tiga target ini. Sehingga doa ini membuka aktivitas harian dengan mengingatkan seorang Muslim tentang targetnya di hari tersebut dan mengingatkan untuk menghadap Allah dengan memohon taufik dan kemudahan mewujudkannya. Doa ini bermanfaat dari dua sisi:

  1. Sisi penentuan target untuk beraktivitas di awal hari. Sudah dimaklumi bahwa di antara sebab kesuksesan seseorang adalah menentukan target dalam pekerjaan dan amalannya dan selalu ingat target yang jelas dan pasti yang diinginkannya. Bekerja tanpa target sama seperti berjalan tanpa tujuan, sehingga sulit untuk sukses tanpa adanya target yang jelas dan pasti.
  2. Menghadap kepada Allah subhaanahu wa ta’aala dengan berdoa memohon bantuan dan pertolongan dalam mewujudkannya di awal hari, kemudian hal ini terulang terus pada seorang muslim setiap harinya. Setiap hari seorang muslim terus memohon kepada Allah bantuan dan pertolongan untuk mewujudkan target-target agung ini, sehingga sangat mungkin terkabulkan.

Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memulai doanya dengan meminta ilmu yang manfaat yang berisikan petunjuk jelas tentang mendahulukan ilmu dan memulai dengannya. Demikianlah ilmu memang mendahului perkataan dan perbuatan, sebagaimana Allah jelaskan dalam firman-Nya: 

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu (QS. Muhammad/47:19)

Allah memulai dengan ilmu sebelum amalan. Semua dimulai dengan ilmu, oleh karena itu beliau memulai dengannya dan mendahulukannya atas amalan dan rezeki. Ilmu menjadi dasar landasan dalam menentukan benarnya amalan dan bagusnya rezeki, sehingga ilmu menjadi pembeda antara rezeki yang bagus dengan yang buruk dan amalan shalih dengan selainnya. Apabila seorang tidak memiliki ilmu yang manfaat maka ia tidak dapat membedakan perkara-perkara yang tercampur antara yang rezeki yang bagus dan yang buruk dan amalan shalih dan amalan buruk. Seorang tidak dapat membedakan semua hal itu tanpa ilmu. Oleh karena itu, ilmu sangat pantas didahulukan dan mendapatkan perhatian besar dan menjadi prioritas utama seorang muslim. Orang yang mencari rezeki tanpa ilmu dan berusaha bekerja tanpa ilmu, maka keadaannya seperti yang dijelaskan Umar bin Abdul Aziz -Rahimahullah- :

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرُ مِمَّا يُصْلِحُ

Orang yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka yang dirusak lebih banyak dari yang mashlahat.

Ini adalah sebuah doa yang harus disertai dengan pelaksanaan sebab-sebabnya. Seorang yang berdoa meminta ilmu yang manfaat hendaknya menyertainya dengan melakukan sebab-sebab mendapatkan ilmu, seperti mendatangi majelis ilmu, halaqah ilmu, membaca buku, mengulang-ulang pelajaran dan lainnya yang menjadi sarana dan jalan mencari ilmu. Doa harus diikuti dengan pelaksanaan sebab, tidak cukup sekedar tawakkal atau doa saja.

Menuntut ilmu dituntut setiap harinya karena setiap hari kita meneladani Rasulullah yang berdoa dengan doa yang agung ini. Sehingga sudah sepantasnya seorang muslim tidak berlalu hari-harinya kecuali dengan pertambahan ilmu dan belajar permasalahan dan hukumnya, menghadiri majlis ilmu dan membaca buku-buku yang bermanfaat. 

Doa beliau (اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا) berisikan peringatan bahwa ilmu itu ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan dan tidak manfaat. Hal ini telah diisyaratkan Allah dalam firman-Nya:

﴿ وَٱتَّبَعُواْ مَا تَتۡلُواْ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلۡكِ سُلَيۡمَٰنَۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيۡمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلۡمَلَكَيۡنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٞ فَلَا تَكۡفُرۡۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنۡهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَزَوۡجِهِۦۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنۡ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡۚ وَلَقَدۡ عَلِمُواْ لَمَنِ ٱشۡتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنۡ خَلَٰقٖۚ وَلَبِئۡسَ مَا شَرَوۡاْ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمۡۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ﴾

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:”Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah/2:102)

Sihir adalah salah satu ilmu yang merugikan dan tidak bermanfaat dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat dan merugikan, apalagi di zaman ini. 

Sedangkan ilmu yang bermanfaat akan memberikan manfaat dan faedah bagi manusia sehingga seorang muslim harus menentukan dalam dirinya setiap hari untuk mencari dan mendapatkan ilmu yang manfaat. 

Ilmu yang manfaat disini berkaitan dengan ilmu itu sendiri yang bermanfaat bagi yang mendapatkannya dan kemanfaatan yang didapatkan orang yang belajar ilmu tersebut. Sebab terkadang ilmunya manfaat akan tetapi pemiliknya tidak dapat mengambil manfaat darinya. Oleh karena itu Rasulullah pernah berdoa dengan doa:

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي

Ya Allah, berilah kemanfaatan kepadaku dengan semua yang telah Engkau ajarkan kepadaku. 

Oleh sebab itu beliau memohon kepada Allah agar dianugerahkan ilmu yang manfaat dalam artian manfaat dzat ilmu tersebut dan bermanfaat untuk pemiliknya sehingga dapat mengambil manfaat dan bertambah keshalihan, hidayah dan ketakwaan serta kedekatan kepada Allah. 

Kemudian beliau berdoa (وَرِزْقًا طَيِّبًا) yang berarti aku memohon kepada Engkau Ya Allah rezeki yang bagus. Dalam doa ini ada anjuran dan motivasi untuk mencari rezeki yang bagus setiap harinya disertai permohonan kepada Allah dalam kemudahannya. Demikian juga doa yang diucapkan seorang muslim ini akan tertanam dan kokoh di hatinya bahwa rezeki ada dua; bagus dan buruk. Berdasarkan hal ini seorang muslim diwajibkan memilah-milah untuk memilih rezeki yang bagus sehingga makanan, minuman, dan pakaiannya adalah dari harta yang bagus. Nabi pernah bersabda:

“أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا. وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بما أمر به المرسلين. فقال: {يا أيها الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بما تعملون عليم}. وقال: {يا أيها الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}”. ثُمَّ ذَكَرَ ‌الرَّجُلَ ‌يُطِيلُ ‌السَّفَرَ. ‌أَشْعَثَ ‌أَغْبَرَ. يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ. يَا رَبِّ! يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ. فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟ “

Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu maha bagus dan tidak menerima kecuali yang bagus dan memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang sama dengan para Rasul. Lalu beliau membaca firman Allah:

”Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS al-Mu’minun/23: 51). 

Dan firman Allah: 

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”, (QS al-Baqarah/2: 172).

Kemudian menyebut seorang yang berjalan jauh dalam keadaan kusut dan kotor mengangkat tangannya ke langit dan berkata, Wahai Rabb! wahai Rabb! Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan tumbuh diberi makan yang haram, Bagaimana akan di-ijabahi doanya. 

Ibnu Rajab berkata, “Hadis ini menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan makan makanan yang halal. Sedangkan makan makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”2.

Demikian juga Prof. DR. Abdurrazaaq bin Abdulmuhsin Al-‘Abaad menjelaskan hadis ini dengan menyatakan: ‘Rasululloh memulai hadis ini dengan isyarat akan bahayanya makan barang haram dan hal itu termasuk pencegah dikabulkannya doa. Terfahami darinya bahwa memperbagus makanan (memakan makanan halal) menjadi salah satu sebab dikabulkannya doa, sebagaimana dikatakan Wahb bin Munabbih: ‘Siapa yang ingin dikabulkan Allah doanya maka hendaklah memperbagus makanannya dan ketika Sa’d bin Abi Waqqash ditanya mengenai sebab  dikabulkan doanya di antara para sahabat Rasulullah; beliau berkata, “Aku tidak mengangkat sesuap makanan ke mulutku kecuali aku mengetahui dari mana datangnya dan dari mana ia keluar”.’. 

Permohonan kepada Allah untuk diberikan rezeki yang bagus berisikan permintaan dijauhkan dari pintu-pintu usaha yang haram berupa riba dan muamalat haram lainnya.

Kemudian beliau menutup doa ini dengan (وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا) dan dalam riwayat lainnya (وعملًا صالحًا) yang berarti amalan-amalan shalih yang disyariatkan Allah. Amal shalih memliki dua sifat:

  1. Harus dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah saja.
  2. Harus sesuai dengan sunnah.

Amalan yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai sunnah atau sesuai ajaran syariat Islam adalah amalan yang diterima. Allah tidak menerima sebuah amalan kecuali amal yang shalih yaitu amalan yang ikhlas dan benar sebagaimana dijelaskan Abu ‘Ali al-Fudhail bin ‘Iyaadh ketika menafsirkan firman Allah:

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Beliau berkata, yang paling ikhlas dan paling benar. Ditanyakan kepada beliau: Wahai Abu Ali apa itu yang paling ikhlas dan paling benar? Beliau menjawab, Sungguh sebuah amalan apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima dan apabila benar namun tidak ikhlas maka tidak diterima sehingga amalan itu harus benar dan dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas itu adalah semua yang dilakukan karena Allah dan benar itu semua yang sesuai dengan sunnah. 

Semoga bermanfaat.

Sukoharjo Februari 2022.

Leave a Reply